Pengembangan Soal HOTS
Penilaian terhadap proses pembelajaran merupakan sebuah keniscayaan dalam dunia pendidikan. Dalam konteks itulah dibutuhkan sebuah instrumen untuk mengetahui sejauh mana pencapaian dan keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Salah satu instrumen penting yang dimaksud adalah adanya soal yang baik dan benar. Untuk itu dalam merumuskan sebuah soal perlu pengetahuan mendasar supaya tidak ada kesalahan tafsiran bagi siapa yang akan menjawab soal tersebut.
Dasar filosofis itulah yang mendorong MGMP PPKn SMP kembali melakukan
pertemuan untuk ketiga kalinya di hari Jumat 22 Februari 2019 ini yang
bertempat di SMP Negeri 1 Bantaeng. Dalam pertemuan kali ini, fokus pembahasan ditujukan
pada pengembangan soal Highter Order Thinking skills (HOTS) yang dibawakan oleh Dr. H. Abd. Haris, M.Pd.
Dalam pengantar awalnya, beliau menyampaikan bahwa penyusunan soal HOTS
bukanlah sesuatu hal yang baru, namun yang menjadi kendala guru itu terletak pada
kategorisasi soal yang telah dibuat. Secara ektrim beliau lebih lanjut menyampaikan bahwasanya dalam
menyusun soal penting kiranya untuk menyusun kisi-kisi soal.
“jangan pernah ada soal yang lahir tanpa
ada kisi-kisi, jika ada soal yang lahir tanpa kisi-kisi, maka sama saja dengan
anak yang lahir dari orang tua kartu nikah”. tuturnya.
Pembuatan soal HOTS merupakan kebutuhan mengingat tuntutan zaman dimana
kita telah memasuki abad 21 yang dikenal dengan revolusi industri 4.0. Pada abad ini, perubahan cara kerja yang
menitikberatkan pada sistem pengelolaan data, sistem kerja industri melalui
kemajuan teknologi, komunikasi dan peningkatan efisiensi kerja yang
berkaitan dengan interaksi manusia atau robotic.
Dalam dunia pendidikan hal tersebut dapat menjadi sebuah tantangan besar bagi
para pendidik dan siswa. Siswa dituntut harus mampu berlaku mandiri
dengan megandalkan berbagai sumber yang ada sementara pendidik harus
mampu beradaptasi terhadap perkembangan teknologi yang ada saat ini,
menyesuaikan diri, terus mengolah dan mengasah kemampuan yang dimilikinya,
bersikap kreatif, inovatif dan transformatif, serta memiliki minat baca yang
tinggi.
Dari pengaplikasian soal HOTS inilah diharapkan lahir siswa yang memiliki 3
(tiga) kapasitas yakni pertama; Kualitas
Karakter, yaitu bagaimana menghadapi lingkungan yang terus berubah. Unsur
kecakapan meliputi: Iman & taqwa, Rasa ingin tahu, Inisiatif, Gigih, Kemampuan
beradaptasi, Kepemimpinan, Kesadaran sosial dan budaya. Kedua; Kompetensi, yakni bagaimana mengatasi tantangan yang
kompleks. Unsur kecakapan yang harus dimiliki yaitu: Berpikir kritis/memecahkan
masalah, Kreativitas, Komunikasi, Kolaborasi. Ketiga; Literasi Dasar, yaitu bagaimana menerapkan
keterampilan inti untuk kegiatan sehari-hari. Unsur kecakapan yang harus
dimiliki yaitu : Baca tulis, Berhitung, Literasi sains, Literasi informasi
teknologi dan komunikasi, Literasi keuangan.
Landasan teori yang digunakan dalam penyusunan soal HOTS ini, masih
menggunakan taksonomi Bloom yang telah direvisi dengan pendekatan penalaran
pada ranah menganalisis, mengevaluasi dan mencipta/mengkreasi.
Poin lain yang tidak kalah penting disampaikan oleh bapak pemateri adalah
kaidah-kaidah penulisan soal pilihan ganda. Secara teknis, soal pilihan ganda itu
susah dalam menyusunnya namun mudah dalam memeriksanya, berbanding terbalik
dengan soal uraian. Dalam soal pilihan ganda, kemampuan anak yang diukur sangat
terbatas sementara soal uraian dapat mengukur lebih dari satu kemampuan. Aspek penting
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan soal pilihan ganda mencakup tiga hal
yakni; materi, konstruksi soal dan kebahasaannya. Banyak hal lain yang perlu
diperhatikan dalam kaidah penyusunan soal seperti; pemilihan kalimat pada stem, penentuan option serta penentuan kunci jawaban pada soal. Misalnya saja dalam
menentukan kunci jawaban harus menggunakan rumus sebagai berikut :
Jml Option
(option pengecoh untuk SD/MI =
2)
(option pengecoh untuk SMP/MTs = 3)
(option pengecoh untuk SMA/MA/SMK =
4)
Contoh :
Soal PG SMP/MTs = 40
nomor + 3
4 option
=
13
Soal PG SMP/MTs = 40 nomor - 3
4 option
=
7
Dari hasil perhitungan
tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk kunci jawaban yang ber-option A
atau B atau C atau D harus berjumlah maksimal 13 dan minimal 7.
Peserta yang hadir dalam pertemuan ini yang jumlahnya 22 orang terbilang cukup serius dan aktif mengikuti pemaparan materi, ini ditandai dengan adanya dinamika forum berupa tanya jawab yang dialogis antara pemateri dengan peserta. Muatan materi yang disampaikan oleh Bapak pemateri terbilang cukup padat
sehingga pemateri dan peserta merasakan bahwa waktu dua jam masih dianggap sangat
kurang untuk menuntaskan materi ini.
Sebagai inisiasi pemateri, dari hasil pertemuan ini beliau mengharapkan supaya
MGMP PPKn dapat melahirkan bank soal yang dijadikan sebagai karya monumental
yang nantinya bank soal ini secara legal milik MGMP PPKn SMP Kabupaten
Bantaeng, bukan lagi milik personal. Semoga harapan ini dapat terwujud. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar